Selasa, 22 April 2014

Proposal Kegiatan

PROPOSAL KEGIATAN
DALAM RANGKA PERINGATAN HUT RI KE-68


I. PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG
Tema HUT RI ke-69: "Dengan Smangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Lanjutkan Pembangunan Ekonomi Mnuju Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, serta Kita Perkuat Ketahanan Nasional Menghadapi Tantangan Global".

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN

I.2.1 Maksud
Adapun mksud diadakannya kegiatan ini adalah sbagai bentuk rasa syukur kpada Tuhan YME & kegembiraan dlam menyambut Hari Ulang Tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 69 pada tanggal 17 Agustus 2013

I.2.2 Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan diadakannya acara ini adalah :
  1. Mempererat tali silaturahmi antar sesama warga RT 02 / RW 03 Desa Apaja Kecamatan Bolleh Barat –Teseraha.
  2. Meningkatkan smangat juang dlam meraih prestasi diantara anak-anak.
  3. Memupuk jiwa sportifitas dlam berlomba diantara anak-anak
  4. Memupuk semangat kbangsaan antar generasi untuk mmperkuat ketahanan nasional menghadapi tantangan global.

I.3 DASAR KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan.
  1. Pancasila sila ke-3, “Persatuan Indonesia”.
  2. Petunjuk dan arahan bapak Ketua RW 03 tentang pelaksanaan kegiatan dalam rangka peringatan HUT RI ke 68 di tingkat RT di lingkungan RW 03 Desa Apaja Kecamatan Bolleh Barat –Teseraha.

II. ISI PROPOSAL

II.1 TEMA KEGIATAN
Kegiatan yg mengedepankan kebersamaan warga antar generasi serta kegiatan anak-anak yang bersifat mengembangkan daya kreatifitas, ketrampilan, ketangkasan & sportifitas.

II.2 MACAM KEGIATAN
1. Acara syukuran HUT RI ke 69, 17 Agustus 2013.
  • Syukuran & Doa.
  • Santap Malam Bersama dan Ramah Tamah.
Detil pelaksanaan akan ditetapkan kemudian

2. Perlombaan balita dan anak-anak
  • Tingkat Balita (usia 0 – 5 tahun) 3 lomba.
  • Tingkat SD (usia 6 – 12 tahun) 5 lomba Jenis perlombaan akan ditetapkan kemudian.

II.3 PESERTA.
Seluruh warga RT 02 / RW 03 Desa Apaja Kecamatan Bolleh Barat –Teseraha.

II.4 WAKTU & TEMPAT PELAKSANAAN
a. Perlombaan balita & anak-anak
Hari, tanggal : Minggu, 17 Agustus 2013
Waktu : Pukul 07.30 WIB s.d. selesai
Tempat : Lapangan Volli RT 02 / RW 03 Desa Apaja Kecamatan Bolleh Barat –Teseraha.

b. Acara syukuran HUT RI ke 63 – 17 Agustus 2013
Hari, tanggal : Minggu, 24 Agustus 2013
Waktu : Pukul 19.30 WIB s.d. selesai
Tempat : Lapangan Volli RT 02 / RW 03 Desa Apaja Kecamatan Bolleh Barat –Teseraha.

II.5 SUSUNAN KEPANITIAAN
  • Pelindung : Tuhan YME
  • Penasehat : Bapak Ketua RW 02
  • Penanggung Jawab : Bapak Ketua RT 02/RW 03 
    Panitia Pelaksana
  • Ketua Pelaksana : Ade Supriyadi
  • Sekretaris : Embuh K.I.Wes
  • Bendahara : Eva
  • Seksi-seksi.
1. Seksi Acara Malam Syukuran
Koordinator : Berlyn
Anggota : Endy Bambang, Lilis Novita, Fauzy, Ary ,Sindhu, Abdol Rohman, Didk..

2. Seksi Perlombaan Anak-Anak
Koordinator : Suparman
Anggota : Tutik, Krisma, Susila, Evita, Lindya, Agung, Didit, Toing, Firdaus.

3. Seksi Umum & Dokumentasi
Koordinator : -
Anggota : -

II.7 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Jadwal rinci pelaksanaan kegiatan akan ditetapkan & diumumkan kemudian.

III. ESTIMASI BIAYA
III.1 PENGELUARAN

1. Seksi Kesekretariatan
- Pembuatan Proposal Rp. 25.000
- Foto kopi Rp. 25.000
   Jumlah Rp. 50.000

2. Seksi Acara Malam Syukuran
-  Konsumsi Rp. 800.000
-  Hiburan Organ Tunggal Rp. 1.000.000
Jumlah Rp. 1.800.000

3. Seksi Perlombaan Anak2
- Alat & bahan perlombaan Rp. 100.000
- Hadiah-hadiah Rp. 800.000
-  Snack untuk 60 anak @Rp. 10.000     Rp. 600.000                      
   Jumlah             Rp.      1.500.000

4. Seksi Umum daN Dokumentasi                         
-  Cuci cetak foto Rp. 50.000
-  Transport Rp. 100.000
Jumlah Rp. 150.000

Total Rp. 3.500.000
Terbilang: (Tiga Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)         

III.2 SUMBER DANA
Kgiatan ini memperoleh dana dari
- Bantuan kas RT Rp. 500.000
- Arisan ibu-ibu Rp. 250.000
- Donasi para donatur RT027/RW06 yang budiman Rp.  1.750.000
- Partisipasi warga minimal Rp. 25.000/rumah Rp.  1.000.000

Total Rp. 3.500.000
Terbilang: (Tiga Juta Lima Ratus Ribu Rupiah

IV. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat. Kami mengharapkan dukungan dan partisipasi Bapak/Ibu. Semoga acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang kita harapkan.

Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih

LEMBAR PENGESAHAN

Ketua Pelaksana                                                                      Sekretaris

  Devi Tantowi                                                                    Safri Kurnia Irawan

Menyetujui
KETUA RT027 RW08 Desa Anggadita Klari

Karawang

Teori Proposal

Teori adalah hasil penalaran logik terhadap suatu fenomena atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan, sikap dan atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai dan tujuan tertentu yang teraktualisasi dalam proses hubungan situasional, hubungan kondisional, atau hubungan fungsional di antara hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas tersebut; dan hasil penalaran tersebut dapat diterima khalayak sebagai suatu disiplin ilmu.

Fungsi Teori dalam penyusunan Proposal Penelitian, Tesis dan Disertasi adalah
  1. Sebagai Pengantar Pemahaman Variabel Penelitian
  2. Landasan Teoritis Penyusunan Konsep Penelitian
  3. Rujukan Pembahasan Hasil Penelitian
Masalah yang muncul manakala Kandidat mulai penyusunan Proosal Penelitian adalah keterbatasan pengetahuan tentang cara praktis mengolah teori dan menerapkan fungsi teori dalam penyusunan Proposal Penelitian. Keterbatasan pengetahuan ini menyebabkan Kandidat sulit menyusun suatu konsep penelitian yang jelas dan terstruktur. Kesulitan yang demikian itu muncul karena Kandidat sulit menemukan teori yang relevan dan fungsional bagi penyusunan suatu konsep penelitian, penempatan fungsi teori yang tidak tepat, dan hasil kajian teori yang tidak jelas hasilnya. Misalnya, sulit menemukan teori yang relevan untuk mengungkapkan karakteristik obyek atau variabel penelitian; penyusunan Sub Bab Latar Belakang penelitian yang diramaikan dengan kutipan teori-teori; teknis pengutipan teori yang kurang cermat, dan tidak jelas teori yang dijadikan landasan teoritis penyusunan konsep penelitian. Kesulitan menemukan teori yang relevan dan fungsional muncul apabila Kandidat memilih obyek atau variabel penelitian yang memang belum ada teorinya. Karena itu, sebaiknya tidak memilih obyek atau variabel penelitian yang tidak jelas rujukan teorinya.

Masalah penyusunan Sub Bab Latar Belakang penelitian yang diramaikan dengan kutipan teori adalah penempatan fungsi teori yang tidak tepat. Alasannya, teori itu bukan obyek penelitian. Karena fungsi Sub Bab Latar Belakang penelitian adalah untuk mengungkapkan suatu fenomena yang dijadikan obyek penelitian, maka yang perlu dideskripsikan adalah data faktual yang menyatakan fenomena; bukan mendeskripsikan teori-teori untuk menyatakan fenomena. Artinya, penempatan fungsi teori dalam penyusunan Sub Bab Latar Belakang penelitian tidak tepat. Mungkin ada pembenaran terhadap penempatan teori dalam penyusunan Sub Bab Latar Belakang penelitian, namun pembenaran itu justru memperlemah langkah awal Kandidat dalam membangun suatu konsep gagasan. Mengapa dikatakan demikian, karena konsep gagasan yang dibangun itu tidak berasal dari pemikiran logik Kandidat terhadap fenomena, tetapi berasal dari pemikiran teoritis. Konsep gagasan itu sebaiknya dibangun secara murni berdasarkan kekuatan penalaran logik terhadap hal-hal yang dikritisi.

Masalah teknis pengutipan teori yang kurang cermat muncul apabila Kandidat kurang memahami ketentuan teknis pengutipan teori. Teknis pengutipan teori ini mencakup penyebutan nama nara sumber, tahun penerbitan buku dan halaman pengukutipan serta tata cara penempatan kutipan teori. Masalah ini dapat segera diatasi dengan mempelajari panduan teknis pengutipan teori, termasuk penyusunan daftar pustaka, yang diterbitkan oleh masing-masing program.

Masalah pokok dalam proses penerapan fungsi teori adalah sulit menemukan teori-teori yang secara struktural dapat dijadikan landasan teoritis untuk penyusunan definisi konseptual variabel penelitian, dimensi-dimensi kajian dan indikator-indikator penelitian yang dapat merepresentasikan karakteristik obyek penelitian. (Olalaah piye toh mbah, kulo juga mboten ngertos carane ngolah teori, mbok yaow memang ndak ada tuh pelajaran teori mengolah teori untuk menyusun proposal penelitian!)

Penggunakan teori secara mutlak menurut apa adanya teori adalah salah satu masalah yang mungkin dihadapi Kandidat. Penggunaan teori seperti ini biasanya timbul dari kalangan pemegang otoritas yang masih berpandangan konservatif. Terhadap obyek atau variabe-variabel tertentu pemaksaan teori itu mungkin dapat diterima, karena rujukan teori untuk itu memang dapat merepresentasikan karakteristik obyek atau variabel secara mendetail (secara struktural teori dapat menunjukkan pemahaman konseptual, dimensi-dimensi kajian yang tercakup dalam pemahaman konseptual, dan indikator-indikator penelitian pada masing-masing dimensi kajian).

Namun kenyataannya sulit menemukan teori yang dapat merepresentasikan karakteristik obyek atau variabel secara mendetail. Pada umumnya teori-teori hanya bisa menunjukkan hal-hal yang dapat dijadikan dimensi-dimensi kajian saja. Indikator-indikator penelitian yang tercakup dalam penjabaran dimensi-dimensi kajian lebih banyak diciptakan atau ditemukan sendiri oleh Kandidat. 

Mengapa demikian, karena teori-teori yang tercakup dalam disiplin ilmu-ilmu non eksata cenderung tidak bersifat universal. Karena cenderung tidak bersifat universal, maka teori-teori yang tercakup dalam ilmu-ilmu non eksata, terutama rumpun ilmu politik dan ilmu sosial, tidak dapat dipaksakan untuk sepenuhnya dijadikan instrumen penggalian berbagai indikator yang tercakup dalam suatu obyek atau variabel penelitian yang mempunyai karakter tersendiri.

Misalnya, obyek atau variabel Rumah Orang Kaya tentu mempunyai tata ruang dan indikator-indikator setiap ruang yang sangat berbeda dengan tata ruang dan indikator-indikator setiap ruang pada variabel Rumah Orang Miskin. Meskipun kedua obyek tersebut sama-sama rumah, namun karakteristik masing-masing rumah tentu sangat berbeda. Jadi tidak relevan menggunakan pendekatan teori rumah orang kaya untuk menilai obyek rumah orang miskin. Disamping itu ada keterbatasan jangkauan fungsi teori.

Sebagai misal, George R. Terry, Hennry Fayol dan pakar-pakar sosiologi lainnya memang menunjukkan fungsi-fungsi manajemen yang agak berbeda, namun fungsi-fungsi manajemen yang ditunjukan mereka itu masih bersifat umum. Ketika teori mereka itu dipakai untuk menyusun konsep operasional variabel Manajemen Warteg, maka dari mereka itu kita hanya bisa mengambil fungsi-fungsi manajemen untuk ditetapkan menjadi dimensi-dimensi kajian.

Fungsi-fungsi yang dimaksud seperti fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengawasan (controling), fungsi penggerakan (directing), dan fungsi pelaporan (reporting). Pengambilan fungsi-fungsi itu pun harus disesuaikan dengan karakteristik Manajemen Warteg. Misalnya, fungsi organizing kurang relevan untuk dijadikan salah satu dimensi kajian, karena Manajemen Warteg menganut pola pengorganisasian yang tidak terstruktur dan non formal.

Selanjutnya, karena para pakar sosiologi itu tidak menunjukkan indikator-indikator khusus untuk mengoperasionalkan variabel Manajemen Warteg, maka Kandidatlah yang harus menemukan indikator-indikator untuk masing-masing fungsi manajemen yang dikemukakan oleh para pakar itu, agar fungsi-fungsi manajemen yang dijadikan dimensi-dimensi kajian itu bisa dioperasionalkan dan ”langsung nyambung” dengan hal-hal yang menjadi ciri karakteristik obyek atau variabel penelitian, yaitu Manajemen Warteg Mas Gimin.

Penggunaan teori secara mutlak menurut apa adanya teori memang diharuskan bila ilmu yang dipelajari termasuk ilmu-ilmu eksata, dan perkara-perkara yang diteliti pun memang bersifat eksata. Penggunaan teori secara mutlak menurut apa adanya teori untuk penelitian sosial memang agak janggal.

Penggunaan teori yang tidak relevan. Ada pemegang otoritas penyelesaian tugas akhir studi yang memaksa Kandidat untuk memasukan teori-teori yang sebenarnya tidak relevan untuk dijadikan rujukan penyusunan konsep penelitian. Bila teori-teori yang tidak relevan itu dipaksakan juga untuk menjadi rujukan penyusunan konsep penelitian, maka kemungkinan yang terjadi adalah bahwa konsep tersebut bisa nggak nyambung dengan karakteristik obyek atau variabel penelitian. Ada juga pemegang otoritas yang memaksakan Kandidat harus merujuk sekian banyak teori, dan bahkan diwajibkan mengutamakan teori-teori dari penulis asing. Persoalannya bukan terletak pada seberapa banyak teori yang harus dirujuk, dan siapa penulis teori itu, tetapi terletak pada persoalan apakah teori-teori itu cocok untuk dijadikan instrumen pengungkapan karaktersitik obyek atau variabel penelitian. Artinya, teori-teori yang dirujuk hendaknya benar-benar fungsional untuk menyusun konsep penelitian yang sesuai dengan karateristik obyek atau variabel penelitian.

Cara pengelolaan teori yang tidak rasional. Ada pula kebijakan program yang mewajibkan Kandidat membaca sekian puluh buku dan hasil pembacaan buku itu disusun menjadi bagian dari penyusunan Proposal Penelitian. Kebijakan seperti ini dikenal dengan sebutan ”Reading Course”. Kebijakan seperti itu berlaku pada program yang memang sangat menonjolkan jenis penelitian deskriptif. Dengan kebijakan yang demikian itu, fenomena yang dijadikan obyek penelitian dan judul penelitian terkesan didapat dari rujukan teori atau menurut teori. Kebijakan program seperti itu kurang tepat.

Karena pengelolaan teori yang tidak didasarkan pada suatu konsep gagasan yang jelas dan pasti justru dapat mengaburkan fungsi teori dalam penyusunan Proposal Penelitian. Kebijakan seperti itu bisa juga dianggap tidak benar, karena sama saja dengan menyatakan bahwa proses pengajaran sekian banyak teori, termasuk metodologi penelitian, selama sekian tahun masa perkuliahan, dianggap percuma atau dianggap tidak efektif untuk membekali Kandidat. Sebaiknya teori yang dirujuk sudah didasarkan pada konsep gagasan yang jelas dan pasti. Sebagai misal, variabel X adalah Motivasi dan variabel Y adalah Kinerja, maka dengan sendirinya teori-teori yang dirujuk adalah teori motivasi dan teori kinerja. Di luar kedua teori tersebut tidak ada gunanya.

Karangan Populer

pengertian karangan ilmiah populer menurut 3 sumber:
1.Amir dalam bukunya yang berjudul dasar- dasar Penulisan Karya ilmiah (tahun 2007;halaman 144) Beliau mengatakan bahwa “Karangan ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik yang sederhana mengenai hal- hal tentang kehidupan sehari- hari”.
                        
2.  Prof.Dr. Suhardjono dalam bukunya yang berjudul Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (tahun 2001;halaman 35) Beliau mengatakan bahwa “karangan ilmiah populer yaitu pengetahuan ilmiah yang disajikan dengan tampilan format dan bahasa yang lebih enak dibaca & dipahami, fakta yang disajikan harus tetap obyektif dan dijiwai dengan kebenaran dan metode berfikir keilmuan”.
3.      Aceng Hasani (ikhwal menulis;2005) Karangan ilmiah populer adalah karangan yang berisi tentang disiplin limu tetapi tidak mengikuti prosedur karya ilmiah dengan tujuan agar lebih mudah dipahami oleh berbagai golongan.
Itulah pengertian karangan ilmiah populer menurut 3 sumber, dan kami akan menjabarkan pengertian tersebut menurut pendapat kami sendiri. Karena pada dasarnya setiap manusia pastinya memiliki pendapat dan presepsi tersendiri. Dan inilah penjabaran pendapat kami:
Menurut Amir, dalam bukunya yang berjudul “Dasar- dasar Penulisan Karya Ilmiah”,perbedaan Karangan Ilmiah dan Kkarangan Ilmiah Populer berdasarkan bahan, penyajian, sikap penulis serta simpulan adalah sebagai berikut:
No
Perbedaan
Karangan Ilmiah
Karangan Ilmiah Populer
1
Bahan
Menyajikan fakta yang benar/ obyektif, dapat dibuktikan.
Menyajikan fakta obyektif, bisa juga fiktif.
2
Penyajian
Menggunakan bahasa baku (cermat, formal, dan lugas), sistematis (sesuai dengan kerja ilmiah), dan metode ilmiah.
Menggunakan bahasa yang cermat, tidak selalu formal tetapi tetap taat asas, disusun secara sistematis, tidak memuat hipotesis.
3
Sikap Penulis
Jujur (tidak melebih-lebihkan atau mengurangi sesuatu), objektif (tidak mengejar keuntungan pribadi).
Tidak memancing pertanyaan yang meragukan perasaan pembaca agar seolah-olah mereka menghindari sendiri.
4
Simpulan
Berdasarkan fakta dan bukan emotif.
Membiarkan fakta berbicara sendiri, sekalipun didahului dengan membimbing dan mendorong pembacanya untuk berpikir aplikasinya.
                            
Ciri- ciri tulisan  ilmiah Populer
a.    Sasaranya masyrakat umum atau awam
b.    Kata – katanya sederhana ,mudah didentifikasi dan dipahami
c.    Tidak memuat hiptesis
d.    Isi dan judul harus informative dan mudah di tangkap maksudnya
e.    Karangan ilmiah populer disusun seperti kerucut terbalik
f.     Menggunakan bahasa yang komunikatif.
Kerangka Karangan Ilmiah Populer
a.    Pendahuluan
b.    Tubuh tulisan
c.    Penutup         
Langkah- langkah Menulis Karangan Ilmiah Populer
a.    Menelaah tema
b.    Menguji kelayakan topik
c.    Mengumpulkan bahan sumber tulisan
d.    Menyusun kerangka
e.    Mengembangkan kerangka (Soesena, 1993: 77)
contohnya yaitu : artikel berikut ini
http://kiarukayaah.blogspot.com/2013/10/kelola-dana-haji-indonesia-siap-gandeng.html 

Teori Perbedaan Karangan

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam artikel ini akan dibahas tentang 3 jenis karangan, yaitu: karangan ilmiah, karangan non ilmiah, dan karangan semi ilmiah. Berikut ini penjelasannya.

1. Karangan ilmiah

      Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
      Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
      Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan karya ilmiah, antara lain:

  • Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
  • Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
  • Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
  • Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
  • Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:

  • Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
  • Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
  • Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
  • Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
  • Memperoleh kepuasan intelektual;
  • Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
  • Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya

2. Karangan Non Ilmiah

      Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:

  • Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
  • Fakta yang disimpulkan subyektif,
  • Gaya bahasa konotatif dan populer,
  • Tidak memuat hipotesis,
  • Penyajian dibarengi dengan sejarah,
  • Bersifat imajinatif,
  • Situasi didramatisir,
  • Bersifat persuasif.
  • Tanpa dukungan bukti
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu:
  • Dongeng
  • Cerpen
  • Novel
  • Drama
  • Roman

3. Karangan Semi Ilmiah (Populer)

      Karya tulis semi ilmiah merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan dalam kary tulis ini. Karya tulis semi ilmiah biasanya digunakan dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.

Perbedaan Karya Ilmiah dengan Nonilmiah
      Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.

  1. Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
  2. Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
  3. Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
      Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.
      Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
      Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat, antara lain :

  1. Emotif : merupakan kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi
  2. Persuasif : merupakan penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative
  3. Deskriptif : merupakan pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan
  4. Jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

Perbedaan Karya Ilmiah dengan Semi ilmiah
      “Kecermatan dalam berbahasa mencerminkan ketelitian dalam berpikir” adalah slogan yang harus dipahami dan diterapkan oleh seorang penulis. Melalui kecermatan bahasa gagasan atau ide-ide kita akan tersampaikan. Oleh karena itu, penguasaan bahasa amat diperlukan ketika Anda menulis.
Bahasa dalam karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi. Ciri-ciri ragam resmi yaitu menerapkan kesantunan ejaan (EYD/Ejaan Yang Disempurnakan), kesantunan diksi, kesantunan kalimat, kesantunan paragraph, menggunakan kata ganti pertama “penulis”, bukan saya, aku, kami atau kita, memakai kata baku atau istilah ilmiah, bukan popular, menggunakan makna denotasi, bukan konotasi, menghindarkan pemakaian unsur bahasa kedaerahan, dan mengikuti konvensi penulisan karangan ilmiah.
Terdapat tiga bagian dalam konvensi penulisan karangan ilmiah, yaitu bagian awal karangan (preliminaries), bagian isi (main body), dan bagian akhir karangan (reference matter).
      Berbeda dengan karangan ilmiah, bahasa dalam karangan semiilmiah/ilmiah popular dan nonilmiah melonggarkan aturan, seperti menggunakan kata-kata yang bermakna konotasi dan figurative, menggunakan istilah-istilah yang umum atau popular yang dipahami oleh semua kalangan, dan menggunakan kalimat yang kurang efektif seperti pada karya sastra.

Sumber:

  1. http://ami26chan.wordpress.com/2011/03/08/karya-non-ilmiah/
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/ 
  3. http://rachmandianto.blog.com/2011/05/25/tulisan-%E2%80%9Cperbedaan-karangan-ilmiah-semi-ilmiah-dan-non-ilmiah%E2%80%9D/ 
  4. http://nadiachya.blogspot.com/2012/04/perbedaan-antara-karangan-ilmiah-non.html