Kalimat Efektif Turunan
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang mampu menjembatani timbulnya pikiran yang sama antara penulis/penutur dan pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus dapat mewakili pikiran penulis/pembicara secara pas dan jitu sehingga pendengar/ pembaca akan memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis/pembicaranya.
II. Ciri-ciri Kalimat Efektif
- Kesatuan Gagasan
Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
- Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberikan kredit. (terdapat subjek ganda dalam satu kalimat)
- Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung sekolah baru.
- Kesejajaran/Keparalelan
Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:
- Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha?
- Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
- Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha?
- Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
- Kehematan
Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
- Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari dari pagi sampai sore.
- Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sama sistematis (teratur dalam perhitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini.
- Kepada Bapak Subhan, waktu dan tempat kami persilakan. (waktu dan tempat tidak perlu dipersilakan) –salah
- Kepada Bapak Subhan, kami persilakan. –benar
Yang dimaksud dengan koerensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk pembentuk kalimat adalah frasa, klausa, tanda baca, dan fungsi sintaksis (S-P-O-Pel-Ket).
Contoh kalimat yang tidak koheren:
- Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas)
- Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
Yang dimaksud dengan ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membentuk kalimat sehingga tercipta pengertian yang bulat dan pasti. Di antara semua unsur yang berperan dalam pembentukan kalimat, harus diakui bahwa kata memegang peranan terpenting. Tanpa kata, kalimat tidak akan ada. Akan tetapi, adakalanya kita harus memilih dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian pilihan demi terciptanya makna yang paling tepat. Perhatikan contoh di berikut ini.
Contoh kalimat yang tidak memperhatikan faktor ketepatan:
- Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi hingga petang. (salah dalam pemakaian kata hingga)
- Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang.
Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau jenis komunikasi lain, seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan karangan itu dapat diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, salah tindakan, dan sebagainya.
Kesalahan Stuktur
a. Kalimat aktif tanpa subjek
Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera bangkit jika hukum ditegakkan. (salah)
Ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera bangkit jika hukum ditegakkan. (benar)
- Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek berubah fungsi menjadi keterangan
- Di Jakarta memiliki pusat perdangangan terbesar di Asean. (salah)
- Jakarta memiliki pusat perdangangan terbesar di Asean. (benar)
- Di Jakarta tedapat pusat perdangangan terbesar di Asean. (benar)
- Petani yang bekerja di sawah. (salah)
- Petani bekerja di sawah. (benar)
- Mereka mendiskusikan tentang keselamatan kerja. (Salah)
- Mereka mendiskusikan keselamatan kerja. (benar)
- Ia pandai. Sehingga selalu mendapt beasiswa. (salah)
- Ia pandai sehingga selalu mendapat beasiswa. (benar)
- Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah)
- Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras. (benar)
- Tidak…tetapi, tidak hanya…tetapi juga, bukan hanya…melainkan juga.
- Ia menulis laporan, mengamati data, dan menyerahkan laporan itu. (salah)
- Ia mengamati data, menulis laporan, dan menyerahkan laporan itu. (benar)
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk atau kalimat turunan.
- Kalimat Tunggal
Adapun O, Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat tunggal. Kehadiran O, Pel, Ket bergantung pada P. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan.
Contoh :
- Kami mahasiswa Indonesia.
- Jawaban anak pintar itu sangat tepat.
- Mobil orang kaya itu ada delapan.
- Kalimat Majemuk
Perhatikan contoh diberikut ini.
v Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang luas dan
S P1 O1
harus menjunjung tinggi etika profesi .
P2 O2
v Anak-anak bermain layang-layang di halaman kampus ketika
S1 P1 O1 Ket
para dosen, karyawan, dan mahasiswa menikmati hari libur .
S2 P2 O2
Contoh yang pertama disebut kalimat majemuk setara karena mempunyai dua klausa yang setara/sejajar. Penanda yang memisahkan klausa dalam kalimat majemuk setara antara lain konjungsi dan. Contoh yang kedua disebut kalimat majemuk bertingkat karena klausa yang kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Penanda yang memisahkannya adalah konjungtor ketika.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara mempunyai ciri :
- Dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal
- Kedudukan tiap kalimat sederajat
Penghubung Klausa dalam Kalimat Majemuk Setara
Jenis Hubungan
|
Fungsi
|
Kata Penghubung
|
penjumlahan | menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses | dan, serta, baik, maupun |
pertentangan | menyatakan bahwa hal yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua | tetapi, sedangkan, bukannya, melainkan |
Pemilihan | menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan | Atau |
Perurutan | menyatakan kejadian yang berurutan | lalu, kemudian |
- Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.
- Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin.
- Engkau tinggal disini, atau ikut dengan saya.
- Ia memarkir mobilnya di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.
Konstruksi kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya yang tidak setara karena klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Karena itu, konjungtur kalimat majemuk bertingkat juga berbeda dengan konjungtur kalimat majemuk setara.
Penghubung Klausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat
Jenis
Hubungan
|
Kata Penghubung
|
a. waktu | sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai |
b. syarat | jika(lau), seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilamana, manakala |
c. tujuan | agar, supaya, untuk, biar |
d. konsesif | walau(pun), meski(pun), sekali(pun), biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun) |
e. pembandingan | seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih, ibarat |
f. sebab/alasan | sebab, karena |
g. akibat/hasil | sehingga, sampai-sampai, maka |
h. cara/alat | dengan, tanpa |
i. kemiripan | seolah-olah, seakan-akan |
j. kenyataan | Padahal, nyatanya |
k. penjelasan/ kelengkapan | bahwa |
- Dia datang ketika kami sedang rapat.
- Lalu lintas akan teratur andaikata pemakai jalan berdisiplin tinggi.
- Anda harus bekerja keras agar berhasil.
- Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah lanjut.
- Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar