1. Meningkatkan keharmonisan hubungan kerja antara pimpinan dengan anggota organisasi lainnya.
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan persoalan organisasi secara lebih transparan.
3. Peningkatan keterbukaan dalam berkomunikasi
4. Peningkatan semangat kerja para anggota organisasi dan juga kemampuan mengendalikan diri sendiri.
Meskipun
pengembangan organisasi orientasinya bukan hanya manajer atau pegawai
organisasi lainnya, tetapi kenyataannya lebih memberikan atensi pada
tingkat analisis individu.
Tyson dan Jackson (2001) menyimpulkan pengembangan organisasi meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Meningkatkan diagnosa tentang apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki efektivitas organisasi dan menentukan tujuan-tujuannya.
2. Mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan.
3. Mengembangkan aktivitas untuk melaksanakan strategi.
4. Memastikan arus balik ke monitor dan mengevaluasi kemajuan.
Proses Pengembangan Organisasi
Nimran
(1997) mengatakan pada dasarnya pengembangan organisasi adalah suatu
pendekatan situasional atau kontingensi untuk meningkatkan efektivitas
organisasi. Meskipun teknik yang digunakan berbeda-beda, prosesnya
mencakup tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pengenalan Masalah misalnya : konflik antar unit organisasi yang ada, semangat kerja rendah, biaya operasional terus meningkat.
2. Diagnosis
organisasonal : manajer puncak mengundang para ahli pengembangan
organisasi, lalu keduanya sepakat akan perlunya melakukan diagnosis
organisasional, yang diikuti dengan pengumpulan informasi oleh ahli
pengembangan organisasi (konsultan).
3. Pengembangan
strategi perubahan, dimana konsultan mengemukakan hasil temuannya dan
menawarkan sejumlah alternative, disertai dengan petunjuk untuk
kemudahan proses pengembangan.
4. Intervensi,
merupakan langkah yang menyangkut suatu perubahan atas dasar
rekomendasi yang sebelumnya diperoleh melalui pengembangan strategi,
bentuknya berupa perubahan struktur organisasi, pembentukan tim yang
bertugas untuk mendorong semangat karyawan atau tim yang bertanggung
jawab untuk program penekanan biaya.
5. Pengukuran
dan evaluasi, dilakukan setelah beberapa saat pengembangan dilaksanakan
misalnya catur wulan, semester atau setahun, tujuannya untuk mengukur
efektivitas upaya pengembangan yang telah dilaksanakan.
Efektivitas Organisasi
Efektivitas
suatu organisasi sering kali dikaitkan dengan keberhasilan organisasi
tersebut untuk mencapai sasarannya. Ternyata dalam organisasi terdapat
sasaran resmi dan sasaran sebenarnya. Sasaran resmi biasanya berbentuk
formal dan sulit diukur sehingga tidak mudah untuk dijadikan acuan dalam
pengukuran efektivitas organisasi. Sementara sasaran sebenarnya memang
lebih terukur, tetapi biasanya tidak dinyatakan secara resmi.
Sasaran
merupakan hal penting karena merupakan alasan bagi eksistensi suatu
organisasi, dan juga sebagai patokan dalam melaksanakan proses manajemen
Berbagai Pendekatan dalam Pengukuran Efektivitas Organisasi
Dalam
pengukuran Efektivitas Organisasi terdapat 3 jenis pendekatan, yaitu
Pendekatan Sasaran, Pendekatan Sumber, dan Pendekatan Proses Internal.
Ketiga jenis pendekatan ini mengukur efektivitas organisasi secara
parsial, dan mengukur efektivitas organisasi dari sudut pandang yang
berbeda.
Pendekatan Integratif dalam Pengukuran Efektivitas Organisasi
Pendekatan
integratif dalam pengukuran efektivitas organisasi muncul karena.
Organisasi melaksanakan berbagai jenis kegiatan dan menghasilkan
bermacam-macam output sehingga pengukuran efektivitasnya lebih tepat
apabila dilakukan dengan menggunakan banyak kriteria.
Birokrasi Organisasi
Pada
masa Revolusi Industri, mulai terasa kebutuhan akan kemampuan untuk
merumuskan dan mengelola organisasi produksi berukuran besar. Weber
mengusulkan organisasi Birokrasi sebagai jawaban terhadap kebutuhan
tersebut. Organisasi Birokrasi menurut Weber perlu memenuhi ciri-ciri
ideal yang ia usulkan, dan ternyata tidak mudah dilaksanakan.
Pertumbuhan Organisasi dan Birokrasi
Organisasi selalu didorong untuk tumbuh menjadi lebih lengkap dan
lebih besar oleh berbagai kekuatan. Menurut Greiner, organisasi selalu
tumbuh dalam tahapan yang diawali oleh tahapan tumbuh dan diakhiri
dengan tahapan krisis.
Birokrasi dan Performansi Organisasi
Organisasi
Birokrasi bisa memberikan kinerja yang baik apabila digunakan pada
situasi yang sesuai. Pada jenis situasi yang tidak sesuai kinerja
organisasi birokratis cenderung buruk. Oleh karena itu, sampai sekarang
terdapat kelompok yang mendukung maupun mengritik organisasi birokrasi.
Organisasi yang mengalami kemunduran ternyata bisa disebabkan oleh
alasan yang muncul dari dalam organisasi ataupun dari kondisi
lingkungannya
Diferensiasi Horizontal
Kompleksitas
menunjukkan derajat diferensiasi (perbedaan) yang terjadi dalam sebuah
organisasi, baik ke arah horizontal, vertikal, maupun spasial (menurut
ruang atau daerah). Diferensiasi horizontal menggambarkan derajat
perbedaan antara unit-unit atau fungsi-fungsi organisasi sehingga setiap
unit atau fungsi perlu ditangani oleh tenaga kerja dengan pengetahuan
dan keterampilan khusus (spesialisasi).
Diferensiasi Vertikal
Kompleksitas
menunjukkan derajat diferensiasi (perbedaan) yang terjadi dalam sebuah
Organisasi, baik ke arah horizontal, vertikal, maupun spasial (menurut
ruang atau daerah). Diferensiasi vertikal menggambarkan tingkat
kedalaman atau banyaknya tingkatan hierarki antara pimpinan puncak
hingga tingkatan paling rendah dalam sebuah organisasi. Diferensiasi
spasial atau sebaran ruang menunjukkan derajat penyebaran bagian-bagian
organisasi pada lebih berbagai lokasi, baik menurut jumlahnya maupun
menurut jarak sebarannya.
Sumber ;
Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi., Perilaku Keorganisasian Edisi 2, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009.
Prof. Dr. J. Winardi, S.E., Manajemen Perilaku Organisasi, 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar